Labels: Vegetation Architecture





Posted by REndra
Labels: Article about Architecture , Hospital Architecture Programing
”Para perawat pasti merasakan dampak desain lingkungan kerja mereka terhadap
kinerja maupun terhadap kesembuhan pasien. Berjalan menyusuri koridor panjang
dan dan merawat pasien setiap hari, dalam penghawaan bangunan yang buruk dan
ruang rawat yang tidak didesain dengan baik, sangat berakibat negatif terhadap
upaya pelayanan kesehatan yang profesional dan tidak kondusif bagi kesembuhan
pasien.”
Repost from :
Tito Haripradianto, ST. MT.
http://hospitalarchitecture.blogspot.com
It took a speed between building a house for disaster victims who lost their homes. Communal toilets seems right for the cluster of houses because of the construction of sanitation or toilet dimasing respective homes require additional cost and time. I give two offerings at home among these. Using woven bamboo walls that can be developed. This house could be home between the post-disaster reconstruction process. If residents / citizens are able to build his house back, they could leave the house (house of). However, in general population of middle who lost their homes take longer to rebuild a badly damaged house, so I offer this house could become a permanent home with stucco walls and reinforcing the house (known as the bamboo wall construction with plaster) are more resistant to aging buildings long and capable inhabited by tens of tahun.Saya expect this design proposal, the government can help people by providing a gradual purchase (mortgage) to assist disaster victims who can not afford to build houses back home and make between being a permanent home. So, between the Transitional Site to house the village had automatically become permanent with the new RT and RW. With a terrace house which puts forward the concept of social relations, the new village has a good social interaction. Mutual help, mutual assistance!.
Posted by REndra
Labels: Article about Architecture
Bersekolah arsitektur membuat pola pikir saya berubah drastis, lebih ter-planning, lebih perasa, mencoba melihat sesuatu dari sisi yang tidak umum dilihat orang-orang awam, selalu mencoba melihat detail ruangan yang tidak diperhatikan orang lain.
Setelah mendapatkan banyak teori-teori, beberapa tugas survei lapangan dan kuliah lapangan, saya sadar bahwa Jogja adalah salah satu kota istimewa yang ada di Indonesia yang tidak saya jumpai di Sumatra. Pendapat saya 7,5 tahun lalu tentang kawasan Malioboro berubah total, dari hasil studi yang saya dapat mulai dari sejarahnya, arsitekturnya, ekonomi dan budaya kota Jogja yang mempengaruhi rancangannya, kawasan Malioboro sangat istimewa. Jalan Malioboro merupakan peniggalan masa lalu yang sangat berharga, sebagai pusat perekonomian, berada di sumbu imajiner yang membelah di tengah-tengah kota jogja, menghubungkan antara Tugu Jogja dan Keraton sebagai pusat pemerintahan lengkap dengan 2 alun-alun sejajar sebagai pusat kegiatan sosialisasi masyarakat. (Pemikiran yang saya dapatkan pada 1 tahun menempuh pendidikan di dunia arsitektur).
Melangkah masuk tahun ke 2 bersekolah di arsitektur, saya mulai mempelajari arsitektur kota-kota dunia, mulai dari kota-kota di Amerika, Eropa, Jepang, China dengan latar belakang yang sangat berbeda-beda. Saya mulai mengenal lima karakteristik pembentuk image kota hasil pemikiran Kevin Lynch : path, edges, districs, nodes, landmark yang semuanya dapat dengan mudah ditemukan di kota-kota besar dunia bahkan kota-kota besar di Indonesia, salah satunya kota Jogja.